Monday, January 5, 2009

PEMAIN KRISIS KONTRAK

Beberapa Pasal Masih Mengganjal

JAKARTA - Para pemain pemusatan latihan nasional (pelatnas) PB PBSI berangkat ke Malaysia dan Korea Super Series dengan sedikit ganjalan. Penyebabnya menyangkut isi kontrak atlet dengan PB PBSI yang ditandatangani Sabtu lalu (3/1).

Salah satunya adalah pemain ganda campuran Lilyana Natsir yang merasa belum plong dengan isi kontrak tersebut. Maklum, menurut pemain yang akrab disapa Butet itu, kontrak atlet sangat panjang dan waktu untuk membahasnya terlalu pendek. Sabtu lalu kontrak tersebut disodorkan kepada pemain dan Minggu para pemain harus terbang ke Kuala lumpur.

"Ribet. Banyak aturan yang memberatkan. Maka, harus dibahas lagi," ujar Butet kemarin (4/1). Sayang, Butet enggan membeberkan detail persoalan yang dimaksud.

Taufik Hidayat juga keberatan dengan isi kontrak tersebut. Menurut juara dunia 1995 dan peraih emas Olimpiade 2004 itu, kontrak tersebut sangat memberatkan pemain.

Sebaliknya, Greysia Polii memiliki pendapat sendiri menyangkut isi kontrak tersebut, meski dia belum membaca naskah kontrak karena sedang berada di luar kota. "Kalau memang PB PBSI berniat mau menuai hasil yang lebih baik, para pemain memang harus lebih disiplin," ungkap Grace, sapaan karib Greysia.

Dia sepakat saja jika pemain tetap berlatih pada Rabu dan hanya mendapatkan libur Sabtu dan Minggu. Asalkan, PB PBSI juga memikirkan libur dan refreshing dalam bentuk lain bagi pemain selama satu tahun turnamen. Sebab, selama ini pelatnas tidak pernah merencanakan liburan bagi atlet dan pelatih.

"Justru kami yang berinisiatif. Harus bertanya lebih dahulu kepada pelatih boleh tidak kami libur. Maka, kalau sedang padat turnamen, kami tidak bisa mendapatkan libur. Imbasnya tentu kejenuhan bagi pemain," beber pemain yang dibesarkan di PB Jaya Raya itu.

Grace juga memiliki pendapat menyangkut peraturan yang menyatakan bahwa tiap atlet wajib berprestasi di dua turnamen yang diikuti. Jika tidak, dia akan dikandangkan selama 1,5 bulan sebelum tampil lagi di turnamen internasional. Menurut dia, ada plus dan minusnya peraturan tersebut. Bagi pemain senior, itu tentu tak menjadi masalah. Sebab, mereka tak membutuhkan jam terbang untuk proses pematangan. "Tapi, kalau bagi pemain muda itu, jelas merugikan," tegasnya.

Sebab, berpatokan pada pengalamannya, Grace memang sangat diuntungkan saat dia mulai kerap dipercaya membawa Merah Putih pada turnamen internasional. "Di sanalah proses pendewasaan terjadi, bukan di latihan," katanya.

"Kami memberlakukan peraturan ini agar jelas yang siapa yang akan dikirim. Jangan nanti tidak berprestasi, tapi tidak pernah juara. Sayang dananya," jelas Lius Pongoh, Kabid Binpres PB PBSI. (vem/ang)

(sr:jawapos)

No comments: